Komunitas Delta Api Bali melakukan pengambilan data jenis dan sebaran mangrove di wilayah Perancak dan Budeng dilakukan selama 3 hari dari hari Jumat-Minggu, 8-10 Januari 2016.

Nah apa yang dilakukan sebelum terjun ke tengah mangrove?

Pertama, kami mencari titik lokasi transek dengan GPS. Kemudian buatlah transek dengan menggunakan tali plastik sepanjang 114 meter. Transek sepanjang 114 meter dibentangkan pada titik yang telah ditentukan dengan tegak lurus pada aliran sungai.

Setelah persiapan yang matang, maka kami terjun langsung ke mangrove. Alias melakukan transek di lokasi survei. Setiap 10 meter transek diberi tanda dan diberi jeda sepanjang 2 meter sebelum 10 meter berikutnya.

IMG_1815c

Kemudian dilanjutkan dengan membuat plot ukuran 10×10 meter dengan menggunakan patok kayu yang sudah diikat dengan tali. Plot dimulai dari sebelah kiri, kemudian plot selanjutnya di sebelah kanan. Pada setiap plot diamati jenis dan jumlah mangrove. Diukur tinggi semai, tinggi pancang, diameter dan tinggi pohon dan identifikasi jenis mangrove

Pengukuran diameter batang pohon dilakukan dengan meteran. Setiap semai, pancang maupun pohon yang ada dalam 1 plot dicatat dalam tally sheet yang berupa form catatan. Pada beberapa mangrove yang belum diketahui jenisnya dilakukan pengambilan contoh tanaman seperti daun, bunga, buah dan kulit batang (herbarium) untuk kemudian dibandingkan dengan literatur mangrove.

Selain pencatatan, dilakukan pengambilan  foto mangrove untuk memudahkan identifikasi dan sebagai dokumentasi. Identifikasi dilanjutkan sesuai prosedur di atas di masing-masing plot pada transek yang telah ditentukan. Setelah survei selesai, dilakukan input data survei dan analisis data.

survei mangrove.JPG

Berdasarkan hasil survei di 26 plot transek di wilayah mangrove Perancak dan Budeng, ditemukan 6 famili mangrove dan 14 spesies yaitu famili Avicenniaceae (Avicennia alba, Avicennia lanata, Avicennia marina, Avicennia officinalis), famili Rhizophoraceae (Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Ceriops decandra, Bruguiera gymnorrhiza) , famili Sonneratiaceae (Sonneratia alba), famili Meliaceae (Xylocarpus molluccensis, Xylocarpus granatum), famili Asclepiadaceae (Finlaysonia maritima), famili Myrsinaceae (Aegiceras corniculatum).

Selain survei jenis dan sebaran mangrove, dilakukan juga survei lokasi pusat edukasi mangrove di wilayah Perancak dan sekitarnya. Dari hasil survei yang dilakukan, terdapat dua pertimbangan lokasi pusat edukasi mangrove. Lokasi pertama di dekat kantor BPOL ke arah timur dan selatan sebelum sungai. Lokasi kedua berada di wilayah Desa Perancak tepatnya di utara bekas sirkuit Perancak hingga sebelum sungai. Kedua lokasi ini menjadi pertimbangan karena akses jalan masuk yang relatif mudah, dekat dengan masyarakat dan dekat dengan mangrove. Beberapa kesimpulan dan rekomendasi dari survei mangrove ini pun kami dapatkan dan rangkum dalam beberapa poin yaitu :

  1. Pengelolaan mangrove di kawasan konservasi perairan dan taman pesisir Perancak belum dilakukan secara menyeluruh dan belum terbentuk kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang menjadi representasi pengelolaan berbasis masyarakat. Pengelolaan hutan mangrove yang dilakukan masyarakat meliputi rehabilitasi, perawatan dan pengawasan. Dalam upaya pengelolaan hutan mangrove berbasis masyarakat diperlukan partisipasi masyarakat secara aktif dengan memperhatikan faktor manajemen, faktor pengetahuan dan faktor sikap.
  2. Masalah kerusakan hutan mangrove dapat ditangani dengan mengatasi akar permasalahan klasik yang melingkupinya, yaitu menangani ketersediaan pangan, kebutuhan papan, pendidikan, kesehatan, kesempatan bekerja bagi masyarakat sekitar kawasan hutan mangrove. Hal ini dapat diwujudkan melalui pengelolaan dan perlindungan ekosistem hutan mangrove secara terpadu dan berbasis masyarakat (Pengelolaan Sumberdaya Hutan Mangrove secara Terpadu Berbasis Masyarakat), yaitu melalui proses perencanaan dengan pendekatan secara holistik dan interaktif dalam mengatasi permasalahan. Pengelolaan sumberdaya hutan mangrove yang dilakukan secara adil, demokratis, efisien dan profesional ditujukan guna menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya alam mangrove.
  3. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Mangrove secara Terpadu Berbasis Masyarakat ini didasarkan pada pandangan tentang perlunya mempertimbangkan faktor-faktor sosial-ekonomi, peran serta masyarakat, dan keterpaduan pihak-pihak terkait (stakeholders).
  4. Strategi pelibatan masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove dengan menerapkan sistem insentif yang diharapkan dapat merangsang dan memacu usaha-usaha kegiatan pengelolaan ekosistem hutan mangrove yaitu melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan peningkatan peran serta masyarakat.

Cerita lain tentang Delta Api Bali bisa dibaca disini ya.

survei mangrove 2.JPG

Tinggalkan komentar

I’m Ary

Welcome to my blog, that’s

Let’s connect